Wonogiri (Espos)--Keberadaan museum karst di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri dinilai merupakan museum terbesar dan terunik di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Di Indonesia saat ini telah ada tiga museum karst, namun di Wonogiri yang menggambarkan keseluruhan kondisi di Indonesia.
Dua museum lain yang ada di Indonesia, isinya bermaterikan kondisi lokal. Selain itu, keberadaan museum diharapkan mampu menjawab tiga fungsi, yakni fungsi edukasi atau pendidikan, wisata atau ekonomi dan lindung.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Pusat Lingkungan Geologi Badan Geolkogi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Danaryanto, Kepala Bakorwil II Jateng Amat Antono dan Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, R Sukhiyar, Rabu (2/6) di Museum Karst, Gebangharjo, Pracimantoro, Wonogiri.
Ketiganya saat itu memberikan sambutan pada acara penandatanganan kerjasama pengelolaan museum karst oleh Badan Geologi Kementerian ESDM, Pemprov Jateng dan Pemkab Wonogiri. Penandatangan naskah kerjasama dilakukan oleh Dnaryanto dari Kepala Pusat Lingkungan Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM, Teguh Dwi Paryono, Kepala Dinas ESDM Jateng dan Pranoto, Kepala Bappeda Wonogiri.
“Ada dua fungsi utama dari keberadaan museum karst, yakni fungsi lindung dan ekonomi. Fungsi lindung, sepanjang pegunungan seribu di kaki kawasan karst akan menjadi penampung air hujan sehingga bisa dialirkan ke bawah. Sedangkan sebagai fungsi ekonomi atau wisata, perlu adanya pelestarian sehingga menjadi pusat pendidikan bagi anak-anak Indonesia,” ujar Sukhiyar.
Dikatakan oleh Sukhiyar, museum karst di Wonogiri merupakan unik sehingga butuh kontribusi bersama untuk melestarikannya. Sedangkan Kepala Bakorwil II Jateng, Amat Antono meminta keberadaan museum jangan hanya dijadikan tempat menyimpan barang purba.
0 komentar:
Posting Komentar